tinta hatiku (prisma)
seseorang yang mencintaimu lebih dari yang kau tahu
25.2.13
31.1.13
13.12.12
senandung luka ku
Senandung
Luka Ku
Sendiriku ini kerinduan
Sendiriku ini kelembutan
Sendiriku ini kesejukan
Sendiriku ini keramahan
Sendiriku ini kehangatan
Sendiriku ini ketajaman
Sendiriku ini kepalsuan
Sendiriku ini kebisuan
Sendiriku ini ketidakadilan
Sendiriku ini kesunyian
Sendiriku ini keegoisan
Sendiriku ini kemarahan
Sendiriku ini kesedihan
Sendiriku ini kebahagiaan
Sendiriku ini ketulusan
Sendiriku ini penantian
Sendiriku ini tanpa kamu disisiku
Sendiriku ini pembuktian
Penantian akan cinta kasih yang
kau ucap
Kesetiaan yang tegar karena
kesabaran
Terpaan hati akan kemanisanmu
Seraut senyum begitu kurindu
Dikala tiada lagi kasih bak
kasturi
*
Aku tenggelam dalam angan
Usik lembut belaian malam
Masihlah aku bergumam dalam rindu
Tiada terperih apa yang kau tak
tahu
Jiwa ini tiada berdaya tanpamu,
kasih..
Senandung cinta mulai benar
adanya di hati
Tak mungkin mampu ku bisa
menghindari
*
Mata saling bertemu pandang
Hati pun seakan menyampaikan
Apa yang aku dan kau rasa selama
ini
Sebelum akhirnya kau enyah dengan
kasihmu
'-_- " from white love in my heart
25.11.12
nejolk
Nejolk.Fri.23’11’12
Malam yang
terasa semakin sunyi, sepi, yang tentunya tiada lagi suara-suara gaduh bak di
siang hari. Hanya terdengar samar-samar suara canda tawa kakak-kakak kost. Aku
satu diantara yang ada, seolah juga bergurau ria bersama. Gembira yang ku rasa
karena satu hal, janji. Yah, janji untuk keluar. Hemmmm keluar kemana juga
belum pasti tujuannya. Sebab inipun masih konsep diriku. Tanpa ada yang tahu
satupun. Dari balik jendela kupandang butiran salju turun dengan gemulainya
seolah kompak mengajakku menari.
Angan dan
khayalan pun berhasil menyeretku menuju bayang wajahmu. Terukir manis senyummu
dan lembut serta santun katamu. Ya, hanya dalam hitungan detik aku merasa apa
yang terjadi kemarin seolah terulang kembali.
...meski
dingin menyelimuti malam itu dan hanya berbalut woolen tipis, dengan tulus kau
berkata “tak apa, aku akan mengantarmu pulang, tunggu aku J.” Ramah
dan kalemnya dirimu padaku telah membius hati ini tuk slalu menjaga apa yang
telah hadir selama ini. Tepat di bawah temeram lampu yang berdiri kokoh
sepanjang jalan kampus utama, aku berdiri menantimu. Berharap kau segera tiba
dan menyuguhkan senyuman hangatmu buatku.
Dingin
salju malam itu tak seperti malam-malam yang lalu, seolah mereka membujukku
agar aku tetap bertahan di kamar kost yang hangat. Detik demi detik aku
menunggu, jalan yang tadinya ramai oleh mahasiswa dan para undangan di gedung
itu, kini semakin sepi. Tinggallah beberapa mahasiswa yang lalu lalang. Hati
semakin tak karuan. Kulirik jam ungu muda di pergelangan tangan kiriku,
pemberian ibu ketika aku masih di kampung. Jarum pendek tepat menunjuk angka
22.30 waktu setempat. “kakak dimana? Kenapa belum tampak juga innova silver
dengan kilauan biru yang menghiasi sisi kanan kirinya?”, batinku berteman
gelisah dalam hati
“...ada
intan permata dibalik kesabaran..” Hm, kata itu selalu terukir dan akan selalu teringat
dengan baik dalam ingatanku. Tak lama berselang, sebuah kendaraan beroda empat
berhenti di depanku. Pintu terbuka perlahan. Sepasang sepatu kulit mulai
berjalan perlahan ke arahku. Kulihat ada sesuatu yang berada di tangan kananmu.
Aku terdiam. Sorot teduh matamu membuat hatiku tambah berdebar. Senyum yang
kutunggu sejak tadi mulai menyapaku. “Maaf ya, lama. Parkiran macet, dan
kendaraan ada di dalam”, seulas senyum dan lembut suaramu membuat hati semakin
tak karuan. Aroma khas tubuhmu begitu kental aura religius saat kau kalungkan
sebuah syal tebal di leherku. “Subhanallah...”, batinku pun tak henti-hentinya
menyebut asma-Nya. Inikah malaikat yang kau kirim untuk menjagaku, Tuhan?. Kau
tuntun aku berjalan menuju innova silver yang terhiaskan salju putih nan
berkilau karena cahaya lampu.
Dengan
sigapnya kau raih gagang pintu. Dan membukanya untukku, “Masuklah...”, sekali
lagi, dengan senyum manismu. Dalam diam aku memperhatikanmu berjalan menuju
pintu sopir. Wajah nan lugu, polos, lucu dan nampak begitu rupawan dengan wool
warna gelap yang kau kenakan. Dan satu hal yang membuatku berulang mengucap kagum
pada-Nya, peci warna cokelat yang menutup kepalamu menambah aura religius dalam
dirimu. “Assalamualaikum, manis,” suara lembut mengagetkanku. Tak kusadari kamu
telah duduk di sampingku. Lengkap dengan sabuk pengaman dan tangan memegang
kunci. Mobil siap dijalankan. “Waalaikumsalam...”, segera jawabku. Begitu
senyum menghias bibirku yang agak kebiruan karena dingin salju disaat kau
memanggilku ‘manis’. Entah, hanya itu yang kurasa tiap kali kata itu terucap
dari mulutmu...
Tiringting,
ting, ting. Bunyi hape membangunkanku dari lamunan ini. Kuambil hape silver
yang tergeletak diatas selimut orange. Begitu senang ketika aku membacanya.
“Maaf ya
lama, Hemm aku nanti mungkin hanya keluar, main. Kenapa?,”
“Egak kak.
Aku hanya ingin tahu tempat dimana kamu pernah belikan aku pizza mini waktu
itu,”
“Ooh, jadi
kamu ingin tahu? Ingin tahu aja atau mau diantar?,”
“hemmm
diantar juga gak apa, nanti sekalian beli. Tapi...kakak kan mau keluar, apa aku
gak ganggu acara keluar kakak malam ini?,”
“J egak kok,
manis. Aku malah senang jika bisa keluar denganmu. Okay, wait me..”
“okay,
thanks..”
Selagi
menunggunya datang. Segera saja ku bangkit dari tempat aku duduk. Kutinggalkan
hape silver di dekat jendela yang masih terbuka sedikit di bawah. Kuambil kaos
panjang hitam yang memang telah aku rencanakan untuk kupakai malam ini dengan
berselimut jaket merah marun yang super tebal hadiah ketika ulang tahunku ke 18
dari papa. Kupandangi berkali-kali diri ini di depan cermin. Ooh, begitu
anggunnya aku malam itu dengan pakaian dinginku dan berjilbab yang senada
dengan warna celanaku. Tak lupa juga, syal darimu yang berbordir lafadz Allah
ku kalungkan di leherku. Aku telah siap. Senyum menghias di wajahku yang
terlihat begitu kaku karena dingin.
“Manis
jadi keluar gak malam ini?”. Akupun berbalas, “memang kakak sudah siap
berangkat?”, balik ku bertanya.
“Kapanpun
aku siap kok,”
“Hemmm iya
deh”, balasku riang.
Aku tahu
dia perlu mempersiapkan dirinya untuk keluar malam ini. Akupun membuat
secangkir hot chocholate late. Kubuka notebook-ku dan aku siap menjelajah dunia
maya, hmm bisa jadi facebook, twitter, blogger, dan apapun itu yang lain.
Maklum, aku mulai terbiasa seperti itu semenjak berada jauh dari keluarga.
Saking asyiknya, tak kusadari jika waktu telah menunjuk pukul 19.45 waktu
setempat. Itu artinya waktu begitu mepet dan terbatas. Aku tak terbiasa keluar
jam segitu, meski kini aku tak tinggal di daerah yang menerapkan adat timur.
Aku sadar aku sekarang tinggal dalam lingkup adat barat. Dimana di sini bebas
untuk keluar dengan siapapun dan jam berapapun. Namun, aku dan teman-teman
asrama tak begitu mengikuti adat yang ada. Karena bagaimanapun adat kami adalah
adat timur, yang harus tetap kami jaga norma-normanya. Segera teringat olehku
akan keberadaan hp silverku. Melompat dan berlari aku ke arah jendela yang
masih terbuka sedikit. Kuraih hp itu dan kuhubungi dia. Tiada jawaban. Pesan
pun juga tak terbalas. Ku coba hubungi dia berulang kali, namun tetap saja apa
yang ku dapat. ‘Zonk’. Hufft, perasaan tak jelas dan khawatir mulai menghiasi
relung hatiku. Sementara jam terus berjalan dan waktu semakin menuju larut
malam. Kali ini kutinggalkan hp silver di sebelah selimut orange. Berharap agar
kakak menghubungi aku dengan segera.
Benar
juga. Tepat pukul 20.15 song Empire State of Mind by Jay Z feat. Alicia Keys
berbunyi dari hp silverku. Kuambil dan..
“hallo,
Assalamualaikum..”, sapaku. Meski tinggal di negeri orang, namun aku tetap
menjaga adat serta keyakinan yang aku anut.
“Waalaikumsalam,
aku sudah di depan”
“Sudah di
depan??”, aku bengong seraya berlari menuju jendela dan menyingkap kelambu dan
kulihat ke arah luar. Seolah tak percaya jika dia telah benar-benar ada di
situ. Samar-asamar kulihat. Benar juga, innova silver terparkir agak berjarak
dari pagar depan.
“Iya,
bagaimana?”
“hemm,
aduuh sudah jam segini, kak. Aku tak biasa keluar dengan cowok jam segini. Gimana
dong? Mana kakak sudah datang juga”
“Terus mau
kamu gimana? Jadi atau enggak?”
Bingung
mulai merasuk dan menghantuiku, “inginnya tetap jadi, tapi waktu sudah menunjuk
pukul 20.30”
“Ooh, yasudah
kalau memang nggak jadi. Okay”
Telepon
langsung terputus. Suara kekecewaanlah yang terakhir ku dengar dari seberang
telepon. Segera bahagiaku berubah jadi dilema. “Tuhan, begitu bodohnya insan
ini. Apa yang telah aku lakukan sehingga suara terakhir yang keluar begitu
berat terdengar..??” Akupun tersungkur dan hp silver jatuh lepas dari genggaman.
Air mata mulai membasahi pipiku. Isak tangis tak terhentikan. Begitu sesal yang
ada di hatiku. Kulepas syal yang kulingkarkan di leherku. Ku lihat bayang
wajahnya di sana termenung karena sedih dan kecewa benar terhadapku.
Kupeluk
erat syal silver rajutan khas ibunya. Air mata tak hentinya mengalir seolah
berebut menjadi pemenang di pipiku. Begitu bimbang yang kurasa, hanya sesal
yang tersisa. Perlahan aku tenangkan pilu ini seraya berdoa pada-Nya. Ku cari
dimana hp silver berada. Kutemukan tak jauh dari tempatku duduk. Segera ku
hubungi dia. Tapi tak ada jawaban. Sekali lagi kucoba untuk menguhubunginya,
namun hasil yang ku dapat tetap saja nihil.
“Kak,
beneran aku gak ada maksud ganggu kakak. Tapi apakah mungkin aku memang jahat?
Aku gak bermaksud mengecewakan kakak, aku gak bermaksud bohong terhadap kakak.
Namun, waktu yang membujukku membuat keputusan begini. Sungguh tiada ku sangka
dan tiada kukira akan begini jadinya... maaf kak..”
Detik demi
detik, menit berganti ke jam tak pernah sedetik pun mataku menanggalkan
pandanganku dari hp silver. Hingga ku lihat waktu menunjukkan pukul 22.50 malam
itu belum juga ada balasan darinya. Begitu tak karuan rasanya hati ini. Ya,
mungkin kakak memang benar-benar kecewa dengan apa yang terjadi malam ini. Air
mata hanya membanjir dalam hati, tiada bisa dan tiada pernah bisa ku teteskan ke
pipiku. Aku berharap esok hari kakak masih mau dan menunjukkan senyum santunmu
terhadapku.
“Mas... “
Pesan
terakhir yang ku kirim padamu akan menjadi kenangan bahwa perkenalanku denganmu
dan akan hadirnya dirimu dalam hidupku telah mampu membuat aku berubah jadi
yang lebih baik dan semakin mengenal arti aura religius yang kamu miliki. Semua
tiada berarti tanpa ridho Illahi. Kamulah semangat hidupku... (titikduabintang)
**
23.11.12
Diamku Itu Kamu
Diamku Itu Kamu
Dalam diam, aku berpikir
Dalam diam, aku berkelana
Dalam diam, aku merindu
Dalam diam, aku membisu
Dalam diam, aku terpaku
Dalam diam, aku bermimpi
Dalam daim, aku bertanya
Tiadakah secuil cinta buatku
Sorot matamu.. pancarkan kilauan cinta
Senyum bibirmu.. laksana samodra kalbu
Hembus nafasmu.. sejukkan ruang hatiku
Lembut suaramu.. getarkan palung jantungku
Santun lakumu.. tunjukkan aura religiusmu
Jikalau kau tahu..
Bukan fatamorgana cinta yang ku harap,
Bukan pula intan permata yang ku mau,
Bukan jua kata cinta yang ingin ku dengar,
Hanya iman dan taqwamu yang kan membawaku menuju surga-Nya ..
by: karya sendiri apa kata hati... ^_^
Salju Kehangatan
Salju Kehangatan
Gelap malam itu
Mengantarku ke pinggir kota
Terdiam ku menunggu
Rangkaian gerbong yang kan membawaku
Hembusan angin malam
Menyapaku dalam bisu
Terdiam aku terpaku
Di kesunyian malam sabtu
Butiran salju datang menyerbu
menembus tipis cardigan unguku
merasuk hingga tulang rusukku
Tiba...
getar hati ini menyapamu
Seulas senyum bibirmu
Hangatkan jiwa daku
Gelap malam itu
Mengantarku ke pinggir kota
Terdiam ku menunggu
Rangkaian gerbong yang kan membawaku
Hembusan angin malam
Menyapaku dalam bisu
Terdiam aku terpaku
Di kesunyian malam sabtu
Butiran salju datang menyerbu
menembus tipis cardigan unguku
merasuk hingga tulang rusukku
Tiba...
getar hati ini menyapamu
Seulas senyum bibirmu
Hangatkan jiwa daku
21.10.12
Langganan:
Postingan (Atom)